Hari saya mendapatkan pelajaran baru lagi, pelajaran tentang sebuah cita-cita dan kekejaman kaum penguasa, pelajaran antara kepemimpinan dan sebuah kerakusan kekuasaan, bahkan perbandingan antara cita-cita dan kesombongan para pemimpin, atau kalau boleh saya menggunakan istilah bahasa yaitu aji mumpung.
Ya dari sebuah obrolan yang disitu saya hanya menjadi orang yang ketiga, yang hanya memenuhkan tempat obrolan yang hanya dijadikan penonton. saya tidak akan bercerita banyak tentang obrolan yang barus saja saya dengar tapi saya hanya ingin mengambil pelajaran hidup dari apa yang saya dengar tadi.
Ketika harta dan kedudukan, sudah melekat pada diri seseorang maka pada saat itu sebenarnya semakin besar cobaan, bukankah harta dan kedudukan adalah sebuah ujian yang berbentuk kenikmatan, tak ubahnya seperti sebuah ulat bulu, yang terlihat sangat lembut dan menawan bulunya namun sebenarnya menyimpan racun yang siap menyebar kepada siapa saja yang memegang dan terlena terhadap kelembutan bulu tersebut, begitupun dengan harta.
Nepotisme, itulah singkatnya dari penjelasan yang panjang lebar diatas, nepotisme kini menjalar kesemua kalangan, termasuk para pemimpin bangsa ini, kerakusan mereka terhadap kekuasaan dan harta seakan menjadikan mereka orang yang paling kuat di muka bumi ini, mereka lupa dari mana mereka berasal, dan mereka lupa bahwa diatas yang diatas, masih ada lagi dzat yang paling atas.
Cita-cita anak petani menjadi khayalan belaka, ketika nepotisme merasuki raga para penguasa.
No comments:
Post a Comment