Aug 14, 2014

Adakah Allah di Hati Kita?

Pernahkah kita merasa bahwa hidup ini terasa amat sempit? Kaya' ga' ada jalan yang luas bagi kita, kita yang punya hutang terasa amat sempit karena rezeki untuk berhutangpun kaya'nya ga' ada lagi, kita yang sedang belajar terasa amat sempit, karena semakin kita belajar justru pikikiran kita tambah terasa pusing, kawan yang lain mereka santai-santai saja dan menikmati sekali proses belajar mengajar, justru kita malah pusing, orang-orang pada menikmati sekali dzikir dan shalatnya, nah kita justru pengen cepet-cepet kelar shalat dan dzikir dikarenakan ada pekerjaan lain yang menunggu kita, yah pekerjaan yang sifatnya dunia. kita malah diperbudak oleh dunia. Allah malah kita nomor duakan.

Ini mungkin bertanda bahwa kita meniadakan Allah dalam hati kita, menjadikan Allah nomor dua, dalam setiap urusan kita, padahal kalau mau jujur siapa coba yang menciptakan kita? Siapa yang memberi makan kita? siapa yang memberikan kesehatan kita? ya jawabannya tiada lain Allah, lantas mengapa Allah kita jadikan nomor dua? tidak kita nomor satukan?

Salah satu jawaban yang mungkin bisa menjawab adalah karena kita kurang ilmu tentang mengenal Allah, oleh sebabnya cara kita menyembah Allah,  hanya sekedarnya saja, secukupnya saja, kita tidak menempatkan Allah dalam hati kita sebagai yang utama, oleh sebabnya ada-ada saja urusan kita yang tadinya mestinya gampang justru terasa sulit.

Jangan sampai dah, kita di uji atau bahkan mungkin di azab dahulu oleh Allah baru kita-kita mau sadar, baru mau mendekatkan diri dengan Allah, mumpung masih sehat syukuri apa yang udah Allah berikan kepada kita, agar nikmat-nikmatnya Allah tambah kepada kita, dengan kelipatan yang jauh lebih besar dan lebih hebat lagi.

Lah kalau waktunya adzan, ya shalat, jangan ditunda lagi, kalau waktunya dzikir ya dzikir dulu jangan dipercepat, bahkan tidak dipergunakan dzikirnya, nanti Allah jauh dari kita.

Minta do'a buat sahabat semua, semoga saya, orang-orang disekitar saya dibimbingan Allah agar kuat dalam menjalankan perintahnya. Amin

No comments:

Post a Comment